Rabu, 06 Maret 2013

Memperbaiki Diri dengan 5M

Teman-teman, kali ini saya ingin share materi ta'lim malam Ahad yang dibawakan oleh Ust. Syaifuddin Hanafi, S.Ag. (yang kebetulan juga merupakan alumni Pesantren Sultan Hasanuddin angkatan pertama).

Al iimaanu yaziidu wa yanqush. Iman itu kadang bertambah dan kadang pula berkurang. Terkadang kita merasa sebegitu ber"iman"nya kepada Allah SWT sehingga kita taat dengan tulus dan ikhlas melaksanakan segala yang diperintahkanNya. Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa di saat yang lain, kita merasa bahwa kita betul-betul jauh dariNya.

Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kualitas diri kita sekaligus berupaya agar tetap istiqaamah atau tetap teguh dalam menjalankan diin ini, maka ada 5M yang perlu kita permantap.
1. Mu'ahadah
Mu'ahadah berarti mengingat perjanjian kita dengan Allah SWT. Perjanjian tersebut berupa penyerahan diri dan pengakuan kita bahwa Allah SWT merupakan Rabb yang telah menciptakan kita. Janji pertama kita telah ucapkan sebelum kita dilahirkan ke dunia yakni ketika Allah SWT bertanya kepada kita "a lastu birabbikum?" - "apakah Aku Tuhanmu?", tatkala itu kita menjawab "balaa" - "ya, tentu saja".

Secara tersurat janji kita itu selalu kita ulangi dalam setiap shalat kita, "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin" - "hanya kepadaMu lah kami menyembah, dan hanya kepadaMu lah kami memohon pertolongan. Begitu pula perjanjian penyerahan diri kita, "sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb sekalian alam".

2. Mujahadah
Sikap mujahadah berarti sikap bersungguh-sungguh dalam melaksanakan sesuatu. Allah SWT berfirman, "walladziina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulanaa" yang artinya "dan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh terhadap Kami maka Kami akan tunjukkan baginya jalan". Sikap ini harus ada sehingga janji kita kepada Allah tidak hanya sebatas "janji" akan tetapi dibarengi dengan usaha dan kesungguhan untuk menepati janji tersebut.

3. Muhasabah
Selanjutnya adalah muhasabah atau instrospeksi diri. Dalam hal ini, kita dituntut untuk mengadakan evaluasi, baik itu terhadap janji kita, mujaahadah kita, dan segala yang telah kita kerjakan. Secara praktiknya, muhasabah dapat dilakukan dengan bertanya kepada diri kita, "sudahkah kita khusyu' dalam shalat?", "sudahkah kita berbuat baik hari ini?", "sudah layak kah kita untuk masuk ke Syurga Allah?" dan pertanyaan-pertanyaan lain yang dapat memotivasi kita untuk senantiasa melakukan perbaikan terhadap diri kita.

Perintahnya jelas, "haasibuu anfusakum qabla an tuhaasabuu" - "hisablah dirimu sebelum kamu dihisab".

4. Muraqabah
Muraqabah yaitu sikap merasa diawasi oleh Allah SWT dimana pun kita berada sehingga kita senantiasa takut untuk melakukan perbuatan sia-sia dan termotivasi untuk memaksimalkan segala ibadah atau aktivitas baik yang kita laksanakan.
Allah SWT berfirman, "inna rabbaka labil mirshaad" yang artinya "sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi"

Dalam ayat lain dikisahkan bahwa kelak di hari akhir kita akan diperlihatkan buku catatan perbuatan kita selama hidup di dunia. Tatkala itu manusia akan bertanya "fa maali haadzal kitaab laa yughaadhiru shaghiiratan wa laa kabiiratan illaa ahshaahaa" - "maka tidak ada ucapan dan perbuatan yang kecil atau besar kecuali tercatat dalam buku catatan dan lembaran-lembaran mereka".

5. Mu'aaqabah
Yang terakhir adalah mu'aaqabah atau pemberian sanksi. Mu'aaqabah merupakan sikap memberi sanksi atau hukuman kepada diri sendiri atas segala kesalahan yang kita perbuat. Sanksi yang diberikan dapat berupa perbuatan baik. Misalkan, setiap kali kita melakukan kesalahan maka kita dihukum menghafal 1 surah atau membaca Al-Qur'an 1 juz atau bersedekah kepada fakir miskin atau hukuman lainnya.
Sanksi ini harus kita terapkan dengan komitmen penuh.

Syukran

#post ini dibuat berdasarkan pemahaman penulis dari materi ta'lim yang dibawakan. Jika ada kesalahan, maka kami berlindung kepada Allah SWT atas segala khilaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar