Rabu, 07 Agustus 2013

Santriku...!! (Pesan dari Ust. Hasan Abdullah Sahal/ PP. Modern Darussalam Gontor)

Pesan Ust.Hasan Abdullah Sahal

KEADAAN DUNIA SEKARANG SUDAH LONJONG DAN TAK LAGI BULAT, MAKA TUGAS KALIAN SEMUALAH UNTUK MEMBULATKANNYA KEMBALI.

Santriku…
semoga tatkala pesan-pesanku ini mulai kau baca, hatimu masih benderang dengan cahaya rahmat Ilahi, hingga tak ada sebutir debupun melekat di hatimu, menutupi nuranimu untuk menerima secercah cahaya ini.

Santriku…
ketahuilah!
Sesungguhnya segala sesuatu yang ada di seluruh jagat raya ini sudah diatur secara tertib oleh Allah.
Tebarkanlah pandanganmu maka akan kau saksikan betapa indahnya paduan gunung, lembah, dan ngarai serta luasnya bentangan samudera.
Juga matahari, bulan, bintang dan sejumlah gugusan planet lainnya, semua begitu indah dan tertib, tertata sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.
Maka, hendaklah manusia berusaha supaya menjadi tertib, dalam karsa, rencana, dan atau kehidupannya.
Dan janganlah sekali-kali mencoba untuk memaksakan tertib programmu pada Allah.
Sebab,jika kau lakukan itu, maka yang akan kau dapati hanyalah keresahan, pahitnya kekecewaan, pedihnya kehancuran, kecongkakan dalam kebodohan, kesombongan atas kesintingan dan kebanggaan lantaran kegilaanmu atau sebaliknya berlagak jagoan ekstra superiority atau bertampang cakil menjual pepsodent.
Dan penyakit inilah yang banyak melanda manusia di abad modern ini.

Santriku…
seiring perjalanan waktu, suatu saat nanti kau akan meninggalkan pondokmu ini untuk terjun ke tangah-tengah kehidupan masyarakatmu kelak, berbaur dengan aneka ragam pola kehidupan.

Harapanku, pandai-pandailah kau membawa diri berbuat baik di bumi mana kakimu berpijak.
Selama ini aku memang menyaksikan bahwa kau telah berbuat baik, mentaati segala petuah dan nasehat kyaimu, menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, namun yang aku khawatirkan adalah, jika kau berbuat semua kebajikan itu hanyalah di tengah-tengah milliu yang baik saja, sementara ketika kau telah terjun ke dalam milliu yang berlainan, jadi berubah keadaannya.

Padahal, berbuat baik itu harus bisa kau lakukan di manapun dan kapanpun.
Pada saat itulah kepribadianmu akan diuji, dan di situlah kepribadianmu akan dipecat atau dipertahankan oleh dirimu sendiri atau oleh masyarakatmu dengan segala norma-normanya.
Itulah yang paling aku khawatirkan.
Aku takut jika derasnya gelombang kehidupan di masyarakatmu kelak akan menyeret dan menjerumuskanmu ke lembah nista.
Telah kau sadari bahwa orang baik yang bertempat sampah sekalipun akan berjasa dan mulia karena ia telah menyingkirkan sampah yang mengganggu masyarakat. Namun sebaliknya, orang yang jahat sekalipun bertahta di tempat terhormat ia adalah perusak dan pengacau masyarakat. Karena ia sebetulnya adalah sampah.

Santriku…
ketahuilah, bahwa kini, di abad modern ini, setan-setan dengan segala bentuk dan macamnya telah bergentayangan di mana-mana dan untuk berkawan dengan mereka, kau tak perlu belajar ataupun berlatih.
Dan godaan setan itu sungguh akan memikat hatimu. Ia tidaklah akan berhenti pada sasaran tertentu, golongan tertentu, dan juga waktu serta tempat tertentu. Maka berhati-hati dan waspadalah santriku terhadap itu semua. Janganlah sekali-kali kau mengira bahwa tingginya ilmu dan jabatan seseorang akan sekali tinggi pula godaan dan rayuan setan itu.
Kyai dan ulamapun tak terhindar dari obyek dan setan-setan.

Santriku…
kuharap kau tak hanya bisa menerangi dirimu sendiri, tapi kau juga bisa menyinari ummat dengan cahaya yang memancar dari ilmu-ilmu Allah.
Karena sesungguhnya tiadalah berguna ilmu seseorang itu jika tak dimanfaatkan bagi dirinya dan ummatnya.
Do’aku semoga kau memahami seuntai pesan-pesanku ini.
Aamiiin.......

#disalin dari http://www.facebook.com/pages/GONTOR-NATION/186897432270

Selasa, 06 Agustus 2013

Safari Ramadhan (My First Experience)


Ramadhan merupakan salah satu momen terbaik dan sangat dinanti-nanti oleh para santri di pondok kami. Selain karena banyaknya keutamaan-keutamaan yang ada pada bulan tersebut, makanan ala pondok yang tadinya tahu-tempe-ikan menjelma menjadi ayam goreng-kari-gulai + es buah/cendol/kolang kaling. Event-event seperti Lomba Lagu Sahur, Kisah Islami, Tadarusan (untuk hal ini, para santri cenderung berlomba-lomba mengkhatamkan Al Qur'an hingga berkali-kali), dan beragam acara islami lainnya turut mewarnai indahnya berpuasa di Pondok. Dan yang paling banyak peminatnya adalah SAFARI RAMADHAN.

Kegiatan Safari Ramadhan ini dilakukan dengan mengunjungi mesjid-mesjid di berbagai daerah (biasanya ada 1 orang santri sebagai ahlul qaryah-tuan rumah). Kegiatan ini dijadikan kesempatan emas oleh sebagian besar santri untuk mempraktikkan apa yang telah diperolehnya selama mondok sambil rihlah (jalan-jalan.. hehe), sekalian menambah uang saku (biasanya setelah ceramah dapat insentif... gak niat lho!! gk baik nolak rezeki.. hehe). Event ini merupakan INTI dari SYI'AR pondok. Ust. Firman sering berpesan "Kita tidak punya spanduk untuk mempromosikan pondok, para Santri/Wati sekalianlah yang menjadi spanduknya pondok (nah.. lhoo... hoho).

Well. Singkat cerita waktu itu saya masih kelas 1 di Pondok dan sangat ingin ikut dalam kegiatan tersebut. Setelah lolos seleksi (pake seleksi juga lhoo), akhirnya saya diutus untuk ceramah tarwih di Mesjid Nurul Yasin BTN Graha Kalegowa (waktu itu sebagai tuan rumah, teman kelas saya Afandre Febrian) bersama 3 orang lainnya yang masing-masing bertugas sebagai MC, Qari', dan Penceramah Kultum.

Ini Shincan.. bukan sayaa....
Hari H
Pengurus mesjid mempersilahkan kami untuk melaksanakan tugas. Afandre selaku tuan rumah pun naik sebagai MC dan mengundang Farid untuk membacakan Al-Qur'an (sejauh ini masi aman.. hehe.. emangnya ntar knapa.. hayoo??). Akhirnya tiba giliran saya untuk unjuk gigi, nama saya disebut.. (take a deep breath,, mulut komat kamit baca do'a kelancaran bicara,, dan beberapa jenis jampi-jampi lainnya... hehe..). Saya berdiri, naik ke mimbar.. (masalah mulai).. Audiens tertawa... saya gak keliatan.. tenggelam di mimbar.. (maklum masih kelas 1,, masih cebol).. Walhasil,, ceramahnya di luar mimbar...

Meski demikian,, saya berhasil membuat beberapa audiens yang awalnya terpingkal-pingkal menjadi bercucuran air mata... (sedikit lebay).. Waktu itu saya membawakan materi ceramah mengenai 3 golongan yang amal ibadah puasanya tidak diterima oleh Allah SWT (materinya waktu itu baru dikasih sama ustadz Sahabuddin di kelas.. hehe)

DONE... dapat ta'jil.. dapat envelope... dapat pengalaman.. dapat jalan-jalan... dapat TAWA juga... hehee

Senin, 05 Agustus 2013

Sulhas di Pekan Tilawatil Qur'an


Congratulation

Alhamdulillah, Ayam Jantan dari Pattunggalengang kembali berkokok di RRI Makassar, 1 emas dan 2 perunggu berhasil direbut pada event Pekan Tilawatil Qur'an. Insyaallah akhyna Fauzi Ahmad Abdillah akan menjadi duta RRI Makassar sekaligus membawa nama besar Sultan Hasanuddin di Pekan Tilawatil Qur'an RRI se Indonesia di Ternate. Do'ata semua

#copy dari postigan saudara Ibnu Maksum di Group FB Reuni Online PSH


Jumat, 07 Juni 2013

Journal Summary: "A concrete situation for learning decimals"

JOURNAL SUMMARY

Pramudiani, P., Zulkardi, Hartono, Y. & Ameron, B.V. (2011). A concrete situation for learning decimals. Indonesian Mathematical Society Journal on Mathematics Education, Vol. 2, No. 2, July, (2011), 215-230.

It was found that decimals is an essential part of mathematics whose concepts need to be learned meaningfully in order to prevent students from misconception. The fact, however, showed that Indonesian textbooks could not provide such condition and neither do the learning and teaching activities which finally led the students to the lack of understanding and misconception toward the concept. RME underlying the design of context (in this case precise measurement) and activities seemed to be an appropriate solution regarding this problem. Therefore, the study was conducted, that is, to study how measurement activities promote students’ notion of decimals.

The research was conducted in three main steps, namely, preliminary design (to produce a conjectured local instruction theory containing learning goals, planned activities, and learning process), teaching experiment (involving 26 students from class 5A SDN 21 Palembang in 6 lesson hours, prior to this, 73 students were involved in the pre-assessment and pilot experiment was given to 7 of them each from high, average, and low level students), and retrospective analysis (analyzing data collected and comparing the hypothetical learning trajectory with the students’ actual learning).

During the teaching experiment, the students did activities given in 4 level structures. The first phase called situation level provides students with context, where, the students are asked to weigh duku, body, rise and to measure the volume of beverages. Next, referential level, the students were directed to display their measurement results using stripes on the number line. Using number line to determine the magnitude of decimals was done in general level and the last, in formal level, the students were guided to compare decimals without relying on number line.

The study found that: 1) measurement activities helped the students to realize the existence of numbers between two consecutive whole numbers, 2) scale visualization involving sequence of numbers led the students think of using number line as a model for placing magnitude of decimals, and 3) number line plays a big role in bridging the experience-based activities into a more formal mathematics. Finally, based on post assessment result, most students, 85%, earned a good understanding of decimals.

In conclusion, the context and activities designed is a good concrete situation which can facilitate the students develop from informal to pre-formal mathematics in learning decimals.



#for a complete journal, you may visit: http://jims-b.org/?p=362#

Selasa, 14 Mei 2013

Daily Activity

Berhubung sekarang lagi masa-masa penerimaan santri/baru di Pesantren Sultan Hasanuddin Kab. Gowa, mungkin ada beberapa calon santri yang penasaran dengan rutinitas harian selama mondok nanti. Untuk itu, kami berpikir untuk membuat postingan ini. Siapa tahu ada calon santri yang sempat buka. Hehehe...

Perlu diketahui bahwa setiap aktivitas harian di Pesantren dilaksanakan secara berjama'ah dan dibatasi oleh waktu yang ditandai dengan jaras atau bel pergantian kegiatan. Berikut, kurang lebih, kegiatan-kegiatan santri di PSH:

04.45 (santri sudah harus berada di mesjid menunggu adzan Shubuh sambil tadarus)
05.00 - 05.15 Shalat Subuh
05.15 - 05.45 Mufradaat (les bahasa Arab/ Inggris), Kelas IX dan Kelas XII tadarrus di Mesjid
05.45 - 06.00 Membersihkan (umum, semua santri)
06.00 - 07.15 Mandi, sarapan, membersihkan (piket harian)
07.15 - 12.45 Belajar di Kelas (Umum dan Kepesantrenan)
12.45 - 14.00 Istirahat, Shalat Dhuhur, Makan Siang
14.00 - 15.00 Belajar Siang (Kepesantrenan)
15.15 - 15.30 Shalat Ashar
15.30 - 15.45 Mufradaat (les bahasa, review)
15.45 - 16.45 Bebas (mencuci, ekstrakurikuler, olah raga)
16.45 - 17.00 Membersihkan (semua santri)
17.00 - 17.45 Mandi, membersihkan (piket harian).
17.45 - 18.00 Santri sudah harus berada di Mesjid menunggu adzan maghrib.
18.00 - 18.30 Shalat Maghrib
18.30 - 19.00 Tadarrus (bimbingan qira'ah bagi santri baru yang belum lancar)
19.00 - 19.30 Makan malam
19.30 - 20.00 Shalat Isya', Al I'laanaat (Pengumuman piket, mutajawwis, dan lain-lain)
20.00 - 21.30 Belajar malam (bebas terkontrol, kerja PR, dan lain-lain)
21.30 - 22.00 Mahkamah (bagi yang mutajawwis)
22.00 - 04.45 Istirahat (Sebelum tidur, ada penambahan kosa kata untuk santri baru selama lebih kurang 15 menit)

Suasana Makan Siang Berjama'ah ala Pesantren Sultan Hasanuddin
(Baju Hijau paling diincar -- buat nambah.. hehhe)

Selain jadwal harian tersebut, terdapat juga agenda pekanan, bulanan, triwulan, semester, dan tahunan.
Agenda Pekanan
1. Muhadharah (latihan ceramah)
    Setiap hari Ahad, Selasa, dan Kamis malam.
2. Difaa'un Nafsi (bela diri/ tapak suci)
    Setiap hari Sabtu sore.
3. Al Kasysyaaf (kepanduan/ pramuka)
    Setiap hari Rabu sore untuk penegak, dan Kamis sore untuk penggalang
4. Ar-Riyaadhah (olah raga)
    Setiap hari Jumat pagi
5. Kultum (penceramah kultum didadak)
    Setiap hari Jumat Shubuh
6. Muhaadatsah (latihan bercakap)
    Setiap hari Selasa jam mufradaat
7. Al Hafli (upacara)
    Setiap hari Sabtu pagi

Upacara Bendera ala PSH
(Tim pengibar ada 10 orang dengan variasi formasi tiap pekannya)

Agenda Bulanan
1. Perpulangan/ Perlengkapan
    Setiap hari Kamis pertama di awal bulan.
2. Muhadharah Gabungan
    Setiap malam perpulangan

Minggu, 28 April 2013

"Penyakit Hati"

Rasulullah S.A.W bersabda:
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging, bila ia baik, maka baik pula seluruh jasad, dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah bahwa gumpalan itu adalah hati"
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lain dijelaskan bahwa fitnah akan senantiasa datang dalam kehidupan kita. Ia merasuk dan ke dalam tubuh seseorang dan menyelinap masuk ke dalam hatinya laksana anyaman (masuk secara perlahan dan teratur) helai demi helai.

Adapun sasaran dari fitnah tersebut adalah hati. Dalam menanggapi hal ini, hati manusia terbagi menjadi dua golongan. Yang pertama adalah hati yang sangat haus akan fitnah, maka tatkala fitnah datang maka hati dengan segera melahap dan meminumnya bak menemukan sumber air di tengah padang pasir yang sangat tandus. Maka setiap fitnah yang masuk dan diterima oleh hati tersebut akan menjelma menjadi noda hitam dan lama kelamaan akan menjadikan hati kita gelap dan tertutupi oleh noda hitam itu. Pada saat itu, kondisi manusia bagaikan gelas yang terbalik, sehingga ia seakan tak bisa diisi lagi.

Golongan kedua adalah golongan yang hatinya dijaga oleh Allah S.W.T. dari setiap fitnah yang datang. Dalam hal ini, setiap mujahadah yang dilakukan oleh orang tersebut dalam rangka menepis fitnah untuk masuk ke dalam hatinya akan memberikan titik putih di hatinya. Sehingga, lama kelamaan hatinya akan putih bersih dari fitnah.

Sehubungan dengan golongan pertama tadi, maka orang tersebut bisa jadi terkena penyakit hati. Pada post kali ini, disebutkan ada dua penyakit hati, yakni:

1. Al Jahl (Kebodohan)
Ketika Allah S.W.T. telah menutup hati seseorang, maka orang tersebut akan terkena penyakit yang bahkan ia sendiri tidak menyadari akan sakitnya itu (laa yadrik annahuu laa yadrik). Penyakit ini yang disebut dengan jaahil murakkab (jahil^3.. hehe). Dalam kasus ini, orang tersebut tidak lagi dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, sehingga ia akan senantiasa tersesat dalam syubhat atau bahkan perkara yang jelas keharamannya. Mereka juga cenderung menjadikan nafsu sebagai hakim atau parameter dalam menentukan kebenaran dari ketetapan Allah S.W.T.

Ringkasnya, kejahilan mereka akan mengarahkan kepada syubhat, sementara cinta dunia akan mengarahkan mereka kepada syahwat. na'uudzu billaah tsumma na'uudzu billaah

2. Al Hazn (Sedih, cemas, takut)
Perasaan sedih, cemas, dan takut untuk level tertentu bisa jadi merupakan hal yang sah-sah saja. Akan tetapi, jika tidak diatasi dengan baik, maka perasaan tersebut dapat menjadi pintu ke penyakit hati yang pertama tadi.


SOLUSI
Untuk mengatasi penyakit hati tersebut, maka jalan yang ditempuh haruslah dengan ilmu dan ibadah. Ilmu diperlukan untuk memberantas kejahilan, sedangkan ibadah untuk menghapus rasa sedih, cemas, dan takut yang berkecamuk di dalam hati kita.

Wallaahu A'lam Bits Tsawaab
Postingan ini dibuat berdasarkan pemahaman kami terhadap materi yang disampaikan oleh Ust. Taufan, Lc. pada ta'lim rutin tanggal 28 April 2013. Jika ada yang benar maka dari Allah lah datangnya segala yang Hak dan jika ada yang salah, maka Kami berlindung kepada Allah SWT atas segala khilaf.

Sabtu, 27 April 2013

April on Summary

Alhamdulillah, akhirnya di sela-sela jadwal show yang begitu padat, saya dapat kesempatan untuk membuat postingan untuk bulan ini. Mulai akhir Maret hingga akhir April 2013, bisa dikata merupakan jadwal kegiatan terpadat di Pesantren Sultan Hasanuddin. Setidaknya ada beberapa item kegiatan yang baru-baru saja atau sementara diikuti oleh para santri di pondok sulhas tercinta. Postingan kali ini cukup merangkum kegiatannya saja. Insya Allah kalau sempat, akan ada postingan selanjutnya untuk tiap item kegiatan.

1. Cerdas Cermat antar Santri (Fahmu Ad Diraasah)
Kegiatan ini merupakan agenda rutin Organisasi Santri Pesantren Sultan Hasanuddin (OSPSH) yang dilaksanakan setiap menjelang Ujian Tengah Semester (UTS) pada semester genap. Tahun ini, kegiatan tersebut dilaksanakan di akhir bulan Maret.

2. IKAPSH Cup 1 (Sepak Takraw) 
Item ini berupa lomba terbuka antar pelajar dan umum yang diselenggarakan oleh IKAPSH pada tanggal 29 - 31 Maret 2013 bertempat di Lapangan Utama Kampus PSH. Selain sebagai ajang silaturrahim, kegiatan ini dimaksudkan untuk menambah syi'ar pondok di masyarakat umum.

3. Ujian Tengah Semester (Ikhtibaarul 'Aam)
UTS untuk tahun ini dilaksanakan bertepatan dengan Ujian Akhir Kepesantrenan untuk kelas IX dan kelas XII. Ujian berlangsung pada tanggal 1 - 7 April 2013.

4. Pospeda (Porseni Pesantren Daerah)
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Pekapontren seluruh Kabupaten di Indonesia setiap 3 tahun. Untuk Kab. Gowa, pelaksanaannya berlangsung tanggal 9 - 11 April 2013 di Kec. Tompo'bulu. Alhamdulillah pada kegiatan tersebut Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin kembali menjadi Juara Umum ketiga kalinya setelah mengumpulkan perolehan 18 medali emas.

5. IKAPSH Futsal Cup
Acara ini berlangsung selama 2 hari, yakni, pada hari Sabtu-Ahad 20-21 April 2013. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Gowa dan dilanjutkan dengan adu futsal antara Para Asaatidz PSH dengan Pegawai kantor kemenag kab. Gowa.

6. Fathul Kutub, Perkampungan Bahasa, dan Etiket
Kegiatan ini dikhususkan kepada santri/wati Kelas IX dan Kelas XII yang telah mengikuti Ujian Sekolah, Ujian Nasional, Ujian Kepesantrenan, dan Praktek Mengajar. Kegiatan ini seperti pembekalan sekaligus pemantapan sebelum mereka terjun langsung ke masyarakat setelah keluar dari Pondok tercinta. Materi dibawakan langsung oleh Para Asaatidz Kepesantrenan, Direktur, dan para Alumni yang menekuni kajian Kitab tertentu. Kegiatan ini berlangsung selama 1 pekan, yakni, dari tanggal 21 - 27 April 2013 bertempat di Baruga Pesantren Sultan Hasanuddin.





Kamis, 07 Maret 2013

Perpulangan ala Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin

Kamis 7 Maret 2013 pukul 16.00 di Kampus Pesantren Sultan Hasanuddin.

Hening, sepi, tidak ada suara santri yang lalu lalang. Tidak ada teriakan santri yang belajar mufradaat atau vocabulary. Tidak ada riuh yel-yel santri yang sedang latihan pramuka. Tidak ada pula hentakan kaki dan suara ha hi hu mereka yang latihan tapak suci. 

Yang ada hanya suara nyeeng nyeeng nyeeng nyeeng dari hewan nyengnyeng yang selalu setia meramaikan pondok. Yang tersisa suara ustadz ustadzah dan para pembina pondok yang mengadakan rapat bulanan.

Padahal baru saja pondok tersebut begitu ramainya oleh suara-suara santri yang sahut menyahut, oleh suara ust. firman dan ust. muttahidah melalui microphone, oleh suara qismul amni (bagian keamanan yang memanggil satu per satu santri dan santriwati). Tadinya tempat yang biasanya sepi dari kendaraan-kendaraan itu pun dipadati oleh sejumlah kendaraan baik roda 4 maupun roda 2. Namun, perlahan-lahan mobil dan motor itu pun pergi meninggalkan pondok diikuti dengan hilangnya suara-suara keceriaan santri secara perlahan.

Yaa.. hari itu adalah hari kepulangan santri dan santriwati pondok ke rumah mereka masing-masing. Hari yang sudah sangat dinanti-nanti oleh setiap santri untuk berkumpul bersama dengan keluarganya. Perpulangan itu rutin dilaksanakan sekali setiap bulan pada hari Kamis pertama di awal bulan dan seluruh santri/wati harus kembali ke pondok hari Jumat keesokan harinya sebelum pukul 16.00.

Kendaraan yang siap menjemput santri/wati mulai yang sudah mulai berdatangan sejak pukul 12.00

Mulai pukul 12.00, para penjemput sudah ramai mendatangi pondok. Namun, santri baru dibolehkan pulang setelah pukul 14.00 yakni setelah selesai belajar, shalat Dhuhur, dan makan siang. Sebelum pulang, santri harus mengambil buku perizinan didampingi oleh penjemputnya (harus merupakan famili) dari si santri. Buku perizinan diambil di bagian keamanan OSPSH (Organisasi Santri Pesantren Sultan Hasanuddin).

Selama berada di rumah, santri/wati diminta untuk senantiasa mengamalkan sunnah pondok, memaksimalkan waktu untuk birrul waalidain. Dan tidak lupa, yang paling penting, adalah membeli/ melengkapi perlengkapan yang akan mereka gunakan selama 1 bulan penuh.

Rabu, 06 Maret 2013

Memperbaiki Diri dengan 5M

Teman-teman, kali ini saya ingin share materi ta'lim malam Ahad yang dibawakan oleh Ust. Syaifuddin Hanafi, S.Ag. (yang kebetulan juga merupakan alumni Pesantren Sultan Hasanuddin angkatan pertama).

Al iimaanu yaziidu wa yanqush. Iman itu kadang bertambah dan kadang pula berkurang. Terkadang kita merasa sebegitu ber"iman"nya kepada Allah SWT sehingga kita taat dengan tulus dan ikhlas melaksanakan segala yang diperintahkanNya. Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa di saat yang lain, kita merasa bahwa kita betul-betul jauh dariNya.

Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kualitas diri kita sekaligus berupaya agar tetap istiqaamah atau tetap teguh dalam menjalankan diin ini, maka ada 5M yang perlu kita permantap.
1. Mu'ahadah
Mu'ahadah berarti mengingat perjanjian kita dengan Allah SWT. Perjanjian tersebut berupa penyerahan diri dan pengakuan kita bahwa Allah SWT merupakan Rabb yang telah menciptakan kita. Janji pertama kita telah ucapkan sebelum kita dilahirkan ke dunia yakni ketika Allah SWT bertanya kepada kita "a lastu birabbikum?" - "apakah Aku Tuhanmu?", tatkala itu kita menjawab "balaa" - "ya, tentu saja".

Secara tersurat janji kita itu selalu kita ulangi dalam setiap shalat kita, "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin" - "hanya kepadaMu lah kami menyembah, dan hanya kepadaMu lah kami memohon pertolongan. Begitu pula perjanjian penyerahan diri kita, "sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb sekalian alam".

2. Mujahadah
Sikap mujahadah berarti sikap bersungguh-sungguh dalam melaksanakan sesuatu. Allah SWT berfirman, "walladziina jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulanaa" yang artinya "dan bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh terhadap Kami maka Kami akan tunjukkan baginya jalan". Sikap ini harus ada sehingga janji kita kepada Allah tidak hanya sebatas "janji" akan tetapi dibarengi dengan usaha dan kesungguhan untuk menepati janji tersebut.

3. Muhasabah
Selanjutnya adalah muhasabah atau instrospeksi diri. Dalam hal ini, kita dituntut untuk mengadakan evaluasi, baik itu terhadap janji kita, mujaahadah kita, dan segala yang telah kita kerjakan. Secara praktiknya, muhasabah dapat dilakukan dengan bertanya kepada diri kita, "sudahkah kita khusyu' dalam shalat?", "sudahkah kita berbuat baik hari ini?", "sudah layak kah kita untuk masuk ke Syurga Allah?" dan pertanyaan-pertanyaan lain yang dapat memotivasi kita untuk senantiasa melakukan perbaikan terhadap diri kita.

Perintahnya jelas, "haasibuu anfusakum qabla an tuhaasabuu" - "hisablah dirimu sebelum kamu dihisab".

4. Muraqabah
Muraqabah yaitu sikap merasa diawasi oleh Allah SWT dimana pun kita berada sehingga kita senantiasa takut untuk melakukan perbuatan sia-sia dan termotivasi untuk memaksimalkan segala ibadah atau aktivitas baik yang kita laksanakan.
Allah SWT berfirman, "inna rabbaka labil mirshaad" yang artinya "sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi"

Dalam ayat lain dikisahkan bahwa kelak di hari akhir kita akan diperlihatkan buku catatan perbuatan kita selama hidup di dunia. Tatkala itu manusia akan bertanya "fa maali haadzal kitaab laa yughaadhiru shaghiiratan wa laa kabiiratan illaa ahshaahaa" - "maka tidak ada ucapan dan perbuatan yang kecil atau besar kecuali tercatat dalam buku catatan dan lembaran-lembaran mereka".

5. Mu'aaqabah
Yang terakhir adalah mu'aaqabah atau pemberian sanksi. Mu'aaqabah merupakan sikap memberi sanksi atau hukuman kepada diri sendiri atas segala kesalahan yang kita perbuat. Sanksi yang diberikan dapat berupa perbuatan baik. Misalkan, setiap kali kita melakukan kesalahan maka kita dihukum menghafal 1 surah atau membaca Al-Qur'an 1 juz atau bersedekah kepada fakir miskin atau hukuman lainnya.
Sanksi ini harus kita terapkan dengan komitmen penuh.

Syukran

#post ini dibuat berdasarkan pemahaman penulis dari materi ta'lim yang dibawakan. Jika ada kesalahan, maka kami berlindung kepada Allah SWT atas segala khilaf.

Minggu, 03 Maret 2013

Hak-Hak Al-Qur'an (Pengajian Rutin IKAPSH)

Bismillah
Postingan kali ini berisi ringkasan materi yang disajikan pada pengajian rutin IKAPSH pada tanggal 3 Maret 2013. Materi tersebut disampaikan oleh Ust. Rustam, S.Pd. yang juga merupakan alumni Pesantren Sultan Hasanuddin.

Beliau memulai kajian dengan mengajak kita untuk menjaga diin atau agama Islam dengan menetapkan dan memberikan hak-haknya. Adapun hak dari agama adalah dilakukan perintahnya dan dijauhi larangannya. Dengan dua hal tersebut, maka Insya Allah keislaman kita akan terjaga.

Perihal menjaga keislaman ini menjadi penting karena tanpanya keislaman kita bisa saja batal. Jangan sampai di akhirat kelak kita akan kecewa terhadap diri kita karena telah menyangka bahwa kita telah beriman dan berislam akan tetapi keislaman kita tidak diakui oleh Allah SWT. Hal ini disampaikan Allah SWT melalui firmannya dalam surah Al-Baqarah: "wa mina nnaasi man yaquulu aamannaa billaahi wa bil yaumil aakhiri wa maa hum bimu'miniin" yang artinya "dan di antara manusia ada yang berkata kami telah beriman kepada Allah dan hari akhir padahal mereka tidak termasuk orang-orang mu'min"
Na'uudzu billaah min dzaalik

Lebih lanjut, Ust. Rustam juga mengajak kita untuk memuliakan Al-Qur'an dengan memberikan hak-haknya pula. Dalam hal ini, al ustaadz menyebutkan ada empat hal yang menjadi hak dari Al-Qur'an itu sendiri, yakni:
1. Dibaca
Al-qur'an secara lughowii (bahasa) berarti bacaan. Sehingga pada hakikatnya, Al-Qur'an diturunkan agar untuk dibaca. Ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Qiyaamah, "Innaa 'alainaa jam'ahuu wa qur'aanah, fa idzaa qara'naahu fattabi' quraanah".

2. Ditadaburi
Al-Qur'an sebagai petunjuk atau hudaa bagi kita semua hendaknya tidak dibaca begitu saja, akan tetapi perlu ditadaburi (direnungkan) isinya, sehingga perannya sebagai petunjuk dapat benar-benar tercapai. Secara logika, Al-Qur'an tentu tidaklah dapat menjadi petunjuk bagi kita tatkala kita tidak tahu makna atau isi dari bacaan Al-Qur'an tersebut.

3. Diamalkan
Setelah kita berhasil mentadaburi atau merenungkan isi Al-Qur'an sehingga kita tahu makna atau kandungan dari ayat-ayat Al-Qu'ran tersebut maka tentu saja hal tersebut wajib untuk kita amalkan. Karena demikianlah hakikat dari ilmu, ketika datang maka kita wajib untuk mengamalkannya. Dalam sebuah mahfuzhat dikatakan "al 'ilmu bilaa 'amalin kasysyajari bilaa tsamarin" - "ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah". Satu hal penting yang wajib kita catat adalah ketika kita tahu dan mengabaikan isi dari Al-Qur'an tersebut maka kita telah tergolong ke dalam orang-orang yang munaafiq.

4. Dida'wahkan
Setelah mampu membaca, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur'an maka hak selanjutnya yang harus kita tunaikan adalah menda'wahkannya. Hal ini sejalan dengan perintah Rasulullah SAW "ballighuu 'annii walayu aayatan" - "sampaikanlah dariku walaupun satu ayat"

5. Diajarkan
Dalam sebuah riwayat dikatakan "khairukum man ta'allamal qur'aana wa'allamahu" - "sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur'an kemudian mengajarkannya".



#Materi disampaikan oleh Ust. Rustam, S.Pd. dan di post oleh penulis berdasarkan pemahaman dari apa yang didengarnya. Jika terdapat kekeliruan, maka kami berlindung kepada Allah SWT atas segala khilaf.

Kamis, 28 Februari 2013

Zamannya Masuk Pesantren


Tadi pagi saya menyempatkan diri jalan-jalan ke sekeliling rumah (mumpung libur) dan akhirnya mendapati 3 sekawan (Inul, Maming, dan Mitta') sedang asyik ngobrol. Saya pun ikut gabung.
Inul : U’nul.. saya nanti kalau besarma’ mauka’ masuk di Gontor (Pondok Modern Darussalam Gontor)
Maming  : Kalau saya di pesantren ka’ (Pesantren Sultan Hasanuddin). Kalau kau iyya mitta’?
Mitta : saya di pesantren ka’ juga nabilang mamaku.. samaki maming di’?
Kurang lebih seperti itulah kutipan percakapan yang saya dengar dari ketiga anak yang masih duduk di bangku kelas 1 SD itu. Perbincangan yang sangat polos dari anak-anak yang lugu itu tak ayal membuat saya berpikir bahwa, Alhamdulillah, pesantren saat ini sudah mendapat tempat khusus di hati para orang tua. Ini menjadi sebuah kesyukuran yang luar biasa tentunya bahwa masyarakat kini sudah mulai sadar bahwa agama sangatlah penting untuk menjadi bekal hidup bagi generasi muda kita.

Jauh hari sebelumnya Allah SWT memang telah mewanti-wanti kita untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah sebagaimana yang dirangkum dalam Q.S. Annisa ayat 9 yang artinya: “Hendaklah mereka takut kepada Allah jika meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Karena itu hendaklah bertaqwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan baik.”

Modernisasi dengan segala dampak pengiringnya, rasa-rasanya dapat menjadi ancaman yang begitu besar bagi kita dan generasi muda kita tatkala mereka tidak dilandasi dengan diin atau agama. Adalah wajar jika orang tua menjadi semakin khawatir terhadap anak-anak mereka mengingat pergaulan anak muda sekarang ini sangat rentan dengan pelanggaran agama, etika, dan moral. Sehingga, anak yang tadinya diharap menjadi Qurrata a'yun (penyejuk mata) bagi kita justru malah menjadi duri ataupun aib. Na'uudzu billaah min dzaalik.

Sehingga, tidak hanya pesantren, sekolah-sekolah Islam Terpadu pun semakin diminati oleh masyarakat. Meski terkadang mereka harus merogoh kocek lebih dalam lagi dibanding jika memasukkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah umum yang sekarang ini nyaris tanpa biaya. Tapi seperti itulah, kebaikan itu terkadang menjadi barang yang sangat eksklusif dan memang butuh pengorbanan. Wa maa lladzdzatu illaa ba'da tta'bi - tidak akan ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan (pengorbanan).

Animo masyarakat akan pendidikan berbasis islam membuat saya semakin percaya akan keadaan Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang. Pemimpin yang lahir dari Sekolah berbasis Islam yang menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai landasan utama yang akan mengantarkan negara ini menjadi negeri yang madani, Insya Allah. Amiin.


Sabtu, 23 Februari 2013

Maut

Sabtu, 23 Februari 2013 keluarga besar IKAPSH berduka. Ayahanda dari salah seorang teman seperjuangan kami, al akh Heri Pahlawan, telah dipanggil oleh Allah SWT di usia yang masih bisa dibilang cukup belia. Yang lebih mengharukan lagi adalah ketika itu sobat kami tersebut sedang menuntut ilmu di Kampung Inggris Pare, Kediri.

Ada banyak hikmah yang saya secara pribadi renungkan tatkala itu apatah lagi sang ayah, Alm. Muh. Ridwan Dg. Limpo, meninggal secara tiba-tiba. Di antara dari sekian hikmah tersebut adalah pesan Allah SWT akan kematian yang tidak kita tahu kapan waktunya dan ketika hal tersebut telah mendatangi kita, maka tidak akan ada lagi tawar menawar akan waktunya. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT "idzaa jaa'a ajaluhum, fa laa yasta'khiruuna saa'atan wa laa yastaqdimuun" yang artinya "jika telah datang kepadamu kematian, maka tidak akan dapat ditunda atau dipercepat meski hanya sesaat.

Untuk itu wahai ikhwaan, mati sebagai sesuatu yang sudah pasti datangnya hendaknya kita telah bersiap untuk menghadapinya. Dan sekedar mengingatkan ikhwaan sekalian bahwa bekal yang paling baik untuk menghadapi kematian adalah taqwa. "wa tazawwaduu, fa inna khaira zzaadi ttaqwaa" - "dan berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa".

Akhir kata, teriring do'a kami kepada Almarhum semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT dan agar saudara kami beserta keluarganya diberi kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi musibah ini. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun "sesungguhnya kita adalah milih Allah SWT dan kita PASTI akan kembali kepadaNYA".

Rabu, 20 Februari 2013

Man Jadda Wajada

Kalimat ini tampaknya memang sudah tidak asing lagi bagi kita, terlebih setelah dirilisnya film dan novel Negeri 5 Menara karangan Anwar Fuadi.

Mirip dengan yang dialami sang Penulis novel, kalimat ini juga merupakan kalimat pertama yang kami peroleh ketika belajar mahfuzhaat di Pesantren Sultan Hasanuddin yang tatkala itu diiringi dengan teriakan seluruh santri kelas VII-A (kelas kami). Man jadda wajada, man jadda wajada, man jadda wajada (barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia).

Tentunya ada banyak kisah menarik yang mungkin teman-teman juga alami yang tentu saja senada dengan isi dari peribahasa bahasa arab tersebut. Karena memang tidak bisa dinafikan lagi bahwa kerja keras dan kesungguh-sungguhan pasti akan berbuah pada keberhasilan. Demikian halnya yang dialami oleh salah seorang kakak kelas saya, yang baru-baru ini diterima menjadi salah seorang dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, yakni kanda Nurshalati Thahar yang lebih akrab disapa kak tati.

Kak Tati merupakan alumni MTs. PP Sultan Hasanuddin tahun 2003 (2 tahun di atas saya), kuliah S.1 di UIN jurusan Farmasi dan menyelesaikan studi nya pada tahun 2010 (kalau tidak salah, hhehe). Setelah meraih gelar sarjana, beliau melanjutkan studi S.2 sekaligus profesi Apoteker di Surakarta (Solo). Sebuah perjuangan yang cukup berat menurut saya, bahkan terbukti telah menurunkan bobot badan dari yang dulunya tulang belulang dibungkus selapis daging menjadi tulang yang langsung dibalut kulit. Hehehe..

Belum sampai di situ, setelah memperoleh magister dan apoteker, perjuangan kak tati berlanjut. Berangkat ke gorontalo, daftar jadi dosen di UNG, belum diterima. Entah kemana lagi setelah itu. Walhasil, akhirnya perjuangan dan kerja kerasnya dibayar oleh Allah S.W.T dan diterimalah dia menjadi dosen di UIN (back to kampung halaman, hehehe).

Selain kak Tati ini, masih banyak lagi pastinya orang-orang yang telah membuktikan secara langsung khasiat dari "man jadda wajada". Teman saya, Elvira, pernah kirim sms yang bunyinya "jangan pernah iri dengan kesuksesan orang lain karena mereka mendapatkannya dengan tekad dan kerja keras".
Untuk itu, teman-teman, mari kita berjuang juga dengan tekad dan kerja keras PASTI kita juga akan sukses.

Man yazra' yahshud (Barang siapa yang menanam, maka pasti dia akan memetik)
Mahfuzhaat.

Senin, 18 Februari 2013

Wakaf Tunai ala Fokus PSH

Mungkin istilah wakaf tunai ini masih kurang familiar bagi sebagian orang. Wakaf tunai pada dasarnya mirip dengan wakaf tanah dan bangunan (fisik) yakni ada pemberian wakaf oleh muwaaqif atau waaqif, namun, dalam bentuk uang tunai yang diberikan kepada lembaga pengelola wakaf (nadzir) untuk kemudian dikembangkan dan hasilnya digunakan untuk kemaslahatan umat.

Perihal wakaf tunai ini sudah diatur dalam UU No. 41 tahun 2004 serta secara agama dinyatakan halal sesuai dengan fatwa MUI tanggal 21 Mei 2002 yang berbunyi:
"Wakaf uang (cash wakaf/ waqf al nuquud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk tunai. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh). Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar'i. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan dan/atau diwariskan"
Ketua Forum Komunikasi Orang Tua Santri Pesantren Sultan Hasanuddin (Fokus PSH), Dr. Muhammad Shuhufi, pada launching program wakaf tunai PSH pada tanggal 7 Februari 2013 memberikan gambaran bagaimana wakaf tunai tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membangun fasilitas-fasilitas pondok yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kepentingan santri dan juga dapat mengalirkan pahala yang tidak terputus (amal jariah) bagi muwaaqifnya.

Beliau juga memperlihatkan banyaknya program wakaf fisik yang pada akhirnya harus terhenti karena kendala operasional (minimnya biaya operasional pengelolaan aset wakaf) dan manajemen pengelolaan yang kurang baik. Nah, dengan wakaf tunai, aset wakaf yang telah ada tersebut dapat dimaksimalkan potensinya.

Untuk program perdana ini, forum komunikasi orang tua santri PSH berikhtiar untuk membangun 2 RKB di tahun 2013 dengan luas RKB 48 m2. Dengan nilai wakaf tunai Rp. 1.500.000/m2. Pembayaran wakaf tunai ini sendiri bisa dilakukan secara langsung atau dengan diangsur (dengan nilai angsuran tetap dan teratur).

Ini dia foto pada saat launching wakaf tunai Fokus PSH yang dirangkaikan dengan acara maulid Nabi Besar Muhammad SAW.
(Dari kiri ke kanan) Ketua IKAPSH, Kepala Kepesantrenan, Direktur Pondok, Ust. Rajamuddin,
Ketua Fokus PSH, Wakil Direktur, K.H. Bachtiar Syam

Minggu, 17 Februari 2013

"Kiat Menjaga Iman"

Materi ini disampaikan oleh Ust. Abdurrahman pada pengajian rutin IKAPSH pada tanggal 9 Desember 2012.
Di share dengan dasar "liyuballigha sysyaahidu minkum al ghaaib" yang artinya "hendaklah di antara kalian yang hadir (dalam suatu majelis) untuk menyampaikan kepada yang tidak hadir".

Thayyib,
Ust. Aroh memulai kajiannya dengan mengingatkan bahwa ada 3 tingkatan iman, yakni, zhaalim linafsih (orang yang zhaalim terhadap dirinya) - imannya lemah -, muqtashid (pertengahan) - melaksanakan kewajiban saja -, saabiqun bil khairaat (berlomba dalam kebaikan). Beliau juga mengingatkan bahwa "al iimaanu yaziidu wa yanqush, yaziidu bith thaa'ah wa yanqush bil 'aash"

Lebih lanjut, Ust. Aroh mengibaratkan iman itu laksana benih yang akan tumbuh subur dengan disokong oleh empat hal, yaitu:
1. Tanah yang Subur, dalam hal ini lingkungan yang baik. Lingkungan itu bisa meliputi teman, tetangga, keluarga, dan lain-lain. Hal ini senada dengan firman Allah "wa kuunuu ma'ash shaadiqiin" - "dan tinggallah bersama orang-orang yang baik". Rasulullah S.A.W juga telah mengajarkan kepada kita untuk terlebih dahulu memilih calon tetangga sebelum mendirikan rumah (hal ini dinyatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ath Thabrani).

2. Siraman Air, dalam hal ini ilmu pengetahuan. Bibit unggul yang ditanam di tanah yang subur akan kurang maksimal atau bahkan tidak akan tumbuh tanpa adanya air. Begitu pula iman yang telah kita tata dan yakini sedemikian rupa tidak akan tumbuh dengan baik tanpa adanya ilmu. Untuk itu, menghadiri majelis ilmu menjadi suatu keharusan untuk menjaga dan meningkatkan iman seseorang.

3. Sinar Matahari, dalam hal ini Hidayah dari Allah S.W.T. Untuk itu, kita dianjurkan untuk senantiasa memohon Hidayah dan Taqwa kepada Allah S.W.T (Allaahumma innii asaluka al hudaa wat tuqaa)

4. Pupuk, yakni dengan mempertajam ibadah. Allah S.W.T berfirman "Wa'bud rabbaka hattaa ya'tiyaka alyaqiin" yang artinya "dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kematian".

Teman-teman sekalian.
Mari kita bersama-sama menjaga dan senantiasa memperbaharui iman kita.. Jaddiduu Iimaanakum.


#Postingan ini dibuat berdasarkan pemahaman penulis terhadap yang apa yang telah disampaikan oleh Ust. Aroh. Jika ada khilaf, maka kami berlindung kepada Allah S.W.T atas segala khilaf.

Sabtu, 02 Februari 2013

IKAPSH Mathematics Event

Ikatan Keluarga dan Alumni Pesantren Sultan Hasanuddin (IKAPSH) kembali mempersembahkan sebuah karya nyata dalam visi meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berislam dan berwawasan. Kali ini kegiatan tersebut dirangkum dalam sebuah lomba matematika yang diberi nama “IKAPSH Mathematics Event” dan telah dilaksanakan pada tanggal 1-2 Februari 2013 di Kampus Pesantren Sultan Hasanuddin.

Kegiatan ini baru kali pertama dilaksanakan tetapi Alhamdulillah berhasil mendapat respon positif dari sekolah-sekolah tingkat dasar di Kabupaten Gowa. Lomba matematika yang diwarnai dengan semangat, kerja keras, dan daya juang yang sangat tinggi oleh adik-adik peserta terasa telah mengalirkan sebuah energi positif dan optimis akan masa depan Indonesia dan Diinul Islaam.

Di hari pertama, para peserta dituntut untuk mengerjakan soal multiple choices sebanyak 20 nomor dalam waktu 1 jam. Pada babakan tersebut, 30 peserta dengan nilai tertinggi berhak lanjut ke babak Semifinal, di hari kedua, yang dikemas dalam bentuk Kuis Rangking 1. Akhirnya, terpilihlah 6 peserta yang lolos ke babak Final yang dilaksanakan dalam 3 sesi, yakni: Soal Regu, Running Game, dan Babak Rebutan.

Ini dia gambaran serunya IME yang sempat diabadikan:
Suasana Babak Penyisihan


Suasana Babak Ranking 1
Setelah perjuangan panjang dan cukup melelahkan itu, akhirnya Sang Juara pun diputuskan. Berikut nama-nama pemenang dari kegiatan IKAPSH Mathematics Event tahun ini:
Juara I           : Muh. Akbar Ramadhan (SDN Limbung Puteri)
Juara II          : Zulfahmi (SDN Kaluarrang)
Juara III        : Nahda Fadhillah (SDI Pare’-pare’)
Harapan I      : Sindhy Sri Febriana (SDN Centre Mangalli)
Harapan II     : Safirah Alwamiqah (SDN Limbung Puteri)
Harapan III    : Lilis Hafid (SDN Bontoramba)

Ini dia foto para juaranya:
Sang Juara
Selamat saya ucapkan kepada para pemenang dan tetap semangat untuk yang belum berhasil mendapatkan juara.